nusakini.com--Pemerintah terus mendukung PT Pertamina (Persero) menjadi badan usaha yang mampu bersaing di level dunia. Wakil Menteri Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan, Pemerintah terus membantu menyeimbangkan financial Pertamina dan menjadikannya sebagai Top Oil Company di dunia. 

"Apa kuncinya? pergantian rezim fiskal dari cost recovery menjadi gross split mempunyai peran penting. Saya yakin perubahan ini punya dampak begitu besar, terutama investasi perusahaan migas ke depan," tutur Arcandra belum lama ini.

Arcandra mengakui, dari sisi jumlah produksi, saat ini Pertamina masih ketinggalan jika dibandingkan oil company negara lain, mengingat total produksi minyak secara nasional, Pertamina hanya berkontribusi sebesar 20 - 24 persen.

"Dari produksi minyak nasional yang sebesar 800.000 barel per hari, Pertamina hanya sanggup memproduksi sekitar 200.000-an barel per hari. Coba kita lihat dari negara lain, produksi dari oil company-nya itu besar, Petronas (Malaysia) ini diatas 50%, Saudi Aramco (Arab Saudi) diatas 90%," ujarnya. 

Menurut Arcandra, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendongkrak kontribusi Pertamina dalam produksi minyak nasional adalah dengan memberikan blok-blok yang telah habis masa kontraknya kepada Pertamina.  

"Dari 16 blok yang sudah kita selesaikan terms and condition-nya, 9 blok diantaranya itu diberikan ke Pertamina," jelasnya. 

Dengan mendapat 9 blok terminasi tersebut, lanjut Arcandra, diharapkan akan memberikan nilai tambah kepada Pertamina, sehingga akan membantu Pertamina dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh pemerintah. 

"Dari 9 blok, memang ada yang besar dan ada yang kecil, tapi secara keseluruhan akan menambah revenue ke depan, dan juga dari sisi profit yang akan membantu Pertamina," ungkap Wamen Arcandra. 

Share Down Lumrah Dilakukan Perusahaan Migas Dunia 

Terkait share down yang dilakukan oleh Pertamina, Arcandra menjawab singkat bahwa share down merupakan hal yang berlaku umum di industri migas dunia. 

"Salah satu pilar dari perusahaan minyak dunia, itu ada yang dinamakan dengan farm in dan farm out, artinya membeli participating interest (PI) dari sebuah blok, atau menjual PI kita kepada perusahaan lain adalah suatu hal yang biasa," ungkapnya. 

Senada dengan yang disampaikan Arcandra, Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro, yang bertindak sebagai narasumber pada acara yang sama mengungkapkan bahwa share down adalah hal yang penting dan sangat lumrah di sektor hulu migas.  

"Saya kira itu sangat penting, karena begini, kalau kita bicara share down di hulu migas, its very common thing," tuturnya. 

Menurutnya, share down sangat penting, karena memiliki tiga alasan. Pertama, industri hulu migas merupakan sektor yang memiliki resiko tinggi, sehingga tidak bisa dikerjakan sendiri dan memerlukan partner lain. 

"Jadi dari segi usaha untuk membagi resiko, sangat bijaksana untuk mencari partner, baik partner teknis maupun partner finansial," jelas Hilmi. 

Alasan kedua ialah, dengan melepaskan sebagian share, perusahaan bisa mengecap sebagian present value dari future income. Dan yang ketiga, lanjut Hilmi, adalah dengan adanya partner itu menambah check and balance perusahaan. 

"Kalau kita bicara subsurface situation itu banyak sekali pendapat, makin banyak kita mendapatkan peers review, technical review, maka kredibilitas dari program-program akan menjadi lebih baik," tutup Hilmi. 

Untuk diketahui, share down adalah kebijakan perusahaan yang diambil dengan melakukan penjualan porsi kepemilikan saham di sejumlah aset investasi berupa kepemilikan saham pada wilayah kerja migas. (p/ab)